GMF AeroAsia Targetkan Ekuitas Positif pada 2025: Langkah dan Strategi yang Di lakukan
PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) atau GMF AeroAsia menargetkan perubahan ekuitas dari negatif menjadi positif pada tahun 2025. Langkah ini merupakan bagian dari upaya strategis perusahaan untuk memperbaiki kondisi keuangan dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam industri aviasi.
Strategi Perbaikan Ekuitas dan Alokasi Laba Bersih 2023 GMF AeroAsia
President & CEO GMF AeroAsia, Andi Fahrurrozi, menyatakan bahwa perusahaan telah mengimplementasikan beberapa program sejak pertengahan tahun ini. Program-program Eyang Togel ini di dukung penuh oleh pemegang saham dan di harapkan akan menunjukkan hasil positif dalam waktu dekat. “Sebelum RUPST tahun depan, target ekuitas kita sudah berbalik. Jadi, sudah ada beberapa inisiatif dari kita yang sudah mendapat dukungan dari pemegang saham dan sudah mulai berjalan. Dan hasilnya mungkin dalam waktu dekat akan mulai terlihat progresnya untuk perbaikan ekuitas,” ujar Andi dalam konferensi pers setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa di Jakarta, Jumat.
Dengan posisi ekuitas yang masih negatif, perusahaan memutuskan untuk menahan laba bersih tahun buku 2023 sebagai saldo ditahan. Langkah Hongkongpools ini diambil sesuai dengan undang-undang perusahaan yang mengharuskan laba di tahan untuk memperbaiki saldo negatif. “Laba masih kita tahan, karena masih ada akumulasi kerugian saldo laba yang negatif dan juga ekuitas masih negatif, sesuai Undang Undang (UU) perusahaan, kita tahan untuk perbaikan mengurangi saldo negatif,” jelas Andi. Akibatnya, GMF AeroAsia belum dapat membagikan dividen kepada pemegang saham pada tahun ini.
Laporan Keuangan 2023 GMF AeroAsia
Pada tahun 2023, GMF AeroAsia mencatatkan laba bersih yang tumbuh sebesar 461,1 persen year on year (yoy) menjadi senilai 20,2 juta dolar Amerika Serikat (AS). Di bandingkan sebelumnya yang hanya 3,6 juta dolar AS pada tahun 2022. Peningkatan laba bersih Data HK 6D ini di dorong oleh pendapatan yang tumbuh 56,9 persen (yoy) menjadi 373,2 juta dolar AS pada tahun 2023. Pertumbuhan ini menunjukkan efektivitas strategi bisnis dan operasional yang di jalankan perusahaan meskipun menghadapi tantangan besar dalam industri aviasi.
Tantangan dalam Industri Aviasi
Industri aviasi di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan seperti biaya bahan bakar yang tinggi. Seperti biaya infrastruktur yang mahal, serta fluktuasi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. “Biaya bahan bakar yang tinggi, biaya infrastruktur yang mahal, serta menguatnya kurs dolar AS terhadap rupiah tetap menjadi tantangan utama industri aviasi di Indonesia,” ujar Andi. Meski demikian, permintaan untuk perjalanan udara terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat yang memiliki kebutuhan untuk melakukan perjalanan.
Reaktivasi Pesawat
Andi juga menekankan pentingnya reaktivasi pesawat untuk memenuhi kebutuhan industri yang terus meningkat. “Tingginya kebutuhan ini harus berhadapan dengan situasi jumlah pesawat yang beroperasi belum memadai dalam mengakomodasi seluruh kebutuhan tersebut. Kondisi Hongkong Pools Asli ini menghadirkan urgensi bagi airlines untuk terus melakukan reaktivasi pesawat guna menjawab kebutuhan industri dan pesawat,” jelas Andi. Reaktivasi pesawat ini menjadi salah satu fokus utama perusahaan untuk memastikan bahwa mereka dapat memenuhi permintaan yang terus bertambah.
Dengan berbagai langkah strategis dan dukungan penuh dari pemegang saham, GMF AeroAsia optimis dapat mencapai ekuitas positif pada tahun 2025. Pertumbuhan laba yang signifikan pada tahun 2023 serta peningkatan pendapatan menunjukkan bahwa perusahaan berada di jalur yang benar. Tantangan dalam industri aviasi tetap ada, namun dengan strategi yang tepat, GMF AeroAsia yakin dapat mengatasinya dan terus tumbuh.